Voucher @wifi.id 1 bulan hanya 10 ribu, bagaimana caranya?

@wifi.id

Awalnya hanya ada 1 jawaban yang melintas di pikiran kami tentang...

kenapa banyak voucher @wifi.id dengan harga sangat murah beredar di marketplace besar?

Dugaan kami adalah, ada orang dalam dari perusahaan Telkom itu sendiri yang memberikan akses voucher murah kepada seller. Lalu beberapa lainnya melihat ini sebagai peluang bisnis, dan mencoba menjual kembali dengan harga yang lebih mahal. Atau bisa kita sebut sebagai reseller.

Apakah ini ilegal?

Mungkin iya, mungkin juga tidak. Semua tergantung bagaimana pihak Telkom melihat ini semua.

Jika pihak Telkom memang memberikan akses kepada satu dua orang untuk bisa memasarkan voucher ini dengan harga lebih murah, maka hal ini legal, dan mungkin Anda juga bisa membuat hubungan dengan orang Telkom agar bisa mendapat voucher dengan harga lebih murah.

Ini biasanya adalah strategi para seller besar untuk bisa memasarkan barang mereka lebih luas lagi. Telkom diuntungkan dengan penjualan voucher yang lebih banyak meskipun memiliki margin keutungan yang lebih kecil, reseller juga diuntungkan dengan dimilikinya sebuah lahan bisnis voucher.

Tapi, jika pihak Telkom itu secara official tidak membuat program voucher murah, dan ini adalah ulah "orang dalam" dari Telkom itu sendiri, maka bisa dipastikan 100% hal ini adalah ilegal.

Kami tidak tahu apakah hal ini ilegal atau tidak. Kami juga tidak berencana mencari tahu lebih dalam kepada orang Telkom. Bahkan sejujurnya, kami juga menggunakan voucher murah tersebut dalam beberapa kesempatan.

Yah, tidak bisa dipungkiri, hal semacam pembajakan dan ulah orang dalam sudah menjadi rahasia umum di Indonesia. Kita secara tidak sadar menghalalkan hal tersebut. Padahal jelas-jelas itu melanggar Undang-Undang. 

Perlu Anda ketahui, contohnya di Indonesia sendiri, jumlah film resmi yang ditonton melalui bioskop dan yang dibeli dalam bentuk digital maupun fisik, tidak sampai 50% jumlah film yang ditonton secara ilegal di situs streaming per harinya.

Apakah hal ini tidak bisa dicegah?

Pencegahan bukannya tidak dilakukan. Ada lebih dari 100 situs streaming film bajakan yang diblokir oleh kementrian Indonesia setiap harinya. Tapi apakah ini berhasil? Tentu saja 
tidak.

Internet bukan seperti pasar kampung, dimana saat ditutup, sangat sulit untuk dipakai secara diam-diam. Di internet, semuanya serba instan, seakan tidak ada jarak sama sekali. Banyak situs yang berhasil diblokir, tapi banyak juga situs baru yang lahir dengan domain dan server yang berbeda. Kita semua bisa mengaksesnya dengan mudah, semudah situs sebelumnya. Jadi untuk apa menyibukkan diri dengan situs yang sudah diblokir. Selagi internet masih menyala, kenapa tidak membuat yang baru?

Tapi, kita anggap saja seluruh domain streaming film ilegal berhasil diblokir di Indonesia. Pemblokiran tersebut tidak akan maksimal. Banyak dari Anda mungkin sudah tahu, jika di Indonesia tidak bisa diakses, kenapa kita tidak mengaksesnya melalui server luar negeri?

Disinilah penyalah gunaan VPN terjadi. VPN yang seharusnya untuk mengenkripsi dan melindungi data-data penting saat mengakses situs publik, digunakan untuk hal yang ilegal.

Dari sini kita tahu, mengurusi hal-hal pembajakan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Mungkin jika kita mengerahkan segala cara untuk mengatasi hal ini, bisa saja berhasil. Tapi apakah itu sepadan? Menggunakan banyak resource negara untuk membersihkan kanker yang tidak akan pernah terobati. Kementrian tentu juga mempertimbangkan hal ini.

Kembali ke voucher @wifi.id yang kita bahas sebelumnya. Ada beberapa info yang kami dapat terkait cara menjual voucher @wifi.id murah.


1. Melalui orang dalam.


Terlepas dari legal atau ilegal. Dengan kata kunci "Cara menjadi reseller voucher @wifi.id", kami dapat dengan mudah menemukan kontak salah satu karyawan Telkom yang memberikan jasa menjadikan reseller voucher @wifi.id.

Melalui WA, kami menghubungi beliau dan menanyakan bagaimana caranya menjadi reseller voucher @wifi.id. Hanya saja sayangnya saat itu beliau mengatakan bahwa kuota reseller sudah penuh. Dan sebagai gantinya, kami bisa membeli voucher 1 bulan dengan harga Rp10.000 / pcs. Ini sudah termasuk harga yang sangat murah. Tapi kami tidak mengambilnya.


2. Ada aplikasi resmi.


Ada di salah satu pembelian kami, dimana voucher bukan dikirim melalui chat dengan format username dan password. Voucher tersebut masuk secara resmi di nomor handphone kami melalui sms notifikasi dari Telkom sendiri.

Ini menunjukkan bahwa ada aplikasi khusus atau webapp yang digunakan untuk me-redeem voucher tersebut. Kami mencoba browse di playstore dan menemukan satu aplikasi resmi dari Telkom yang bernama "eVMS Bisnis Retail Voucher."

Kami mencoba menghubungi 147 untuk bermitra dan menjual voucher melalui aplikasi tersebut. Tapi harga yang kami dapat tidak se-menarik yang kami bayangkan. Dengan menjual voucher dengan harga asli 50 ribu - 60 ribu pun, kami hanya mendapatkan untung beberapa ribu saja. Sangat tidak mungkin untuk menjual voucher dengan harga 10 ribu - 15 ribu menggunakan aplikasi ini. Yang ada kami rugi besar. Jadi kami rasa aplikasi ini bukanlah aplikasi yang kita maksud.


3. Menggunakan aplikasi khusus.


Dengan berbekal keyakinan bahwa transaksi dilakukan dengan bantuan aplikasi, kami mencoba menanyakan hal ini secara "hati-hati" kepada salah satu seller. Dan jawabannya,

Ada satu aplikasi Android, buatan orang dalam dari telkom itu sendiri yang dihargai beberapa ratus ribu rupiah.

Di dalam aplikasi tersebut, dia menjelaskan bahwa kami membutuhkan authentication code yang bisa dibeli sepaket dengan aplikasi tadi seharga Rp130.000. Dengan 1 authentication code, bisa dipakai oleh 1 gadget, kami bisa men-create atau membuat voucher secara ilegal dalam jumlah yang tak terbatas, dengan biaya Rp5.000 per vouchernya.

Tapi sayangnya, setelah mentransfer sejumlah uang kepada orang tersebut dengan harapan bisa menggunakan aplikasi yang dimaksud. Dia memblokir kami dan tidak ada kabar sampai saat ini.


4. Reseller.


Menurut kami, ini adalah cara dengan resiko paling besar. Sistemnya disini adalah Anda membantu memasarkan voucher dengan harga yang tidak masuk akal, tanpa mengetahui darimana asal voucher tersebut.

Salah satu teman kami mengatakan,

"Aman tidak amannya voucher tergantung dari upline suplier kita. Pernah saya dikomplain habis-habisan karena banyak voucher tidak bisa digunakan sebelum masa expired habis. Saya tidak bisa berbuat apa-apa karena tidak tahu voucher berasal darimana. Dan jawaban dari suplier hanya permintaan maaf."

Resiko besar selalu ditanggung oleh dropshiper atau reseller. Mereka menampung komplain dari pelanggan, tapi semua tergantung suplier bagaimana cara mengatasinya. Jadi, kecuali Anda benar-benar tahu kualitas dan tanggung jawab dari suplier Anda, kami tidak menyarankan untuk menjual voucher dengan cara ini.


5. Bug Telkom


Tentu saja suatu sistem mempunyai bug atau celah kesalahan.

Beberapa waktu yang lalu, kami menemukan kesalahan sistem pembelian voucher wifi.id ini baik melalui aplikasi atau sms. Dimana voucher wifi.id 1 bulan yang seharusnya seharga Rp50.000, bisa kami beli hanya dengan harga Rp5.000 saja. Tentu bug seperti ini tidak akan bertahan lama, dan terakhir kali kami mencoba kembali, pihak Telkom sudah memperbaikinya.




Kesimpulan yang kami dapat, terlepas dari legal atau tidaknya voucher tersebut. Kami tidak menyarankan Anda menjadi seller dari sesuatu yang tidak tahu darimana asalnya.

Jika Anda adalah seller voucher @wifi.id, dan merasa penjualan tersebut adalah legal dengan satu dua cara yang tidak kami jelaskan dan ketahui. Jangan ragu untuk memberitahukannya di kolom komentar.



Ada pertanyaan? jangan ragu untuk menghubungi penulis via whatsapp di tombol bawah kanan. alert-info

0/Post a Comment/Comments

Previous Post Next Post